Kamis, 26 Januari 2012

Benarkah Pemasangan PIT tag dan Transmiter Menyebabkan Penyu Belimbing Berkurang ?

Sebagian masyarakat Kabupaten Tambrauw daerah pesisir yang masih awam, menyebutkan bahwa penggunaan taging (biasa disebut “penen”), adalah penyebab penyu tidak balik bertelur kembali ke pantai.  Tapi apakah hal ini betul ? apakah penen atau taging yang dimaksud ini dan apa maksud pemasangannya ?

Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) adalah penyu terbesar di dunia yang keberadaanya sudah sangat berkurang oleh karenanya dimasukkan dalam daftar CITES sebagai hewan yang paling dilindungi, di indonesia pun penyu ini merupakan penyu yang dilindungi oleh undang-undang.  Penggunaan PIT tag semata-mata dilakukan untuk tujuan Ilmiah demi pengelolaan penyu yang baik.

Apa Itu taging  dan apa itu PIT tag ?

Taging itu sediri berasal dari bahasa inggris yang berarti : tanda, label (on a box). 2 kartu. price t. kartu harga. 3 pening, kepingan untuk nama, tanda pengenal. -kkt. (tagged) membubuhi /memasang etik.  Dengan demikian memberi taging kepada penyu berarti memberi tanda/ label pada penyu papada umumnya tanda tersebut berupa logam atau plastik yang dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi gerak, biologi  dari penyu tersebut. Taging dibagi menjadi dua jenis menurut letaknya yaitu external taging dan internal taging.   External taging biasanya dipasang pada fliper penyu- penyu kecil (penyu hijau, sisik, sisik semu)  berupa metal tag yang bernomor kode tertentu.  Sedangkan internal taging yaitu pemberian tanda kepada penyu dengan memasukkan benda kecil yang berkode (semacam chip) kedalam bagian tubuh tertentu.  Passive integrate transponder atau PIT tag adalah label microprocessors yang tidak bergerak yang dapat mengirimkan nomor identifikasi tertentu (nomor seri 12xxxxxxxA untuk Jamursba dan 13xxxxxxxA untuk Warmon) ke alat baca elektronik (reader) yang diaktifkan dengan signal frequensi radio rendah pada jarak dekat (lihat Gambar).  Ukuran PIT tag yang digunakan yaitu 11,5 x2,1 mm sampai 20,0 x3,2 mm, atau seukuran butir beras.

Apa tujuan pemasangan PIT tag pada penyu belimbing ?

PIT tag pada prinsipnya sama dengan KTP pada manusia, dimana dengan KTP kita dapat mengetahui identitas seseorang. PIT tag ini dikembangkan oleh para ahli biologi penyu  untuk mengetahui siklus hidup penyu, musim bertelur, kawin dan kematangan seksual (reproduksi), pertumbuhan, pergerakkan (migrasi), asal lokasi, populasi dan informasi penting lainnya. Dengan dipasangnya PIT tag saat ini untuk Jamursba medi kita sudah bisa mengetahui berapa kali penyu dewasa bertelur dalam satu musim, setiap berapa tahun sekali kembali bertelur, dan kita dapat  menduga berapa populasi individu betina penyu belimbing saat ini dengan baik.  Tentu tujuan akhir dari semua ini adalah informasi yang akan digunakan untuk perlindungan penyu ini.

Sejak kapan PIT tag dilakukan di Pantai Jamursba medi ?

Kegiatan PIT tag dilakukan oleh WWF Kantor Sorong sejak 2003, dan pada tahun 2005 kegiatan ini dilakukan bersama dengan UNIPA (Universitas Papua) sampai sekarang.

 Apakah Penyu di negara lain yang memiliki Pantai Peneluran juga melakukan PIT tag ?

Negara – negara lain  di dunia yang memiliki pantai peneluran penyu belimbing juga melakukan kegiatan PIT tag yang sama. Negara-negara tersebut antara lain Papua New guine (PNG), Costa Rica, Malaysia, Trinidad, Suriname, french Guiana, Pulau Adaman and Nicobar (Samudera Hindia), Mexico, dll. Kegiatan ini dilakukan secara global dan setiap negara memiliki nomor seri yang berbeda, sehingga jika penyu yang dari Papua Barat jalan-jalan ke California dapat diketahui identitasnya atau sebaliknya.




Bagaimana cara PIT tag dipasang  ?
Di Pantai Jamursba medi PIT tag dimasukkan di otot  bagian kanan depan (bahu) dekat fliper menggunakan alat jarum (disebut Gun/pistol) dengan hati-hati, akurat dan cepat. Petugas yang melakukan PIT tag wajib membawa alkohol dan betadine agar proses taging sterill. Oleh karenanya tidak semua orang di izinkan untuk melakukan ini.  Oleh karena penanda /taging ini dimasukkan dalam tubuh penyu sehingga, sangat sulit untuk hilang atau rusak.   PIT tag dilakukan kepada individu penyu belimbing betina yang sudah selesai bertelur sehingga tidak mengganggu proses peneluran.

Apakah Penyu yang di PIT tag di Jamursba medi akan kembali bertelur ?
Individu betina penyu belimbing  yang telah di PIT tag akan kembali ke pantai untuk bertelur. Rata-rata Individu betina penyu belimbing dewasa bertelur setiap 2- 4 tahun sekali.   Hal ini terbukti sangat nyata dan selalu ditemukan setiap tahun bahwa penyu yang naik setelah di scan untuk  mengetahui ada tidaknya nomor PITtag banyak ditemukan individu yang memiliki nomor seri Jamursba medi yang ditahun sebelumnya sudah di PIT tag.  Berdasarkan data WWF kantor Sorong (unpublish)  mulai Januari – Mei 2010 saja ditemukan 78 individu betina penyu belimbing yang sudah  di PIT tag di  musim peneluran sebelumnya (old number) bertelur kembali di pantai Jamursba medi dan Warmon, rata-rata proporsi  penyu yang kembali bertelur setiap tahun 23-26% (Tapilatu, et al 2010). Oleh karena terbatasnya tenaga sehingga tidak semua pantai peneluran di pesisir utara Kepala Burung Papua ini dapat di monitor, sehingga tidak semua penyu ditemukan dalam satu patrolli  malam.  Berdasarkan data ini dapat dipastikan bahwa kegiatan PIT tag tidak mengganggu penyu untuk kembali bertelur di Pantai Jamursba medi dan Warmon.


Apa itu Transmiter  ?
Transmiter jika dilihat dan didengan oleh masyarakat Tambrauw pada umumnya mereka tentu tidak tahu benda apakah ini ? tapi bagi mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan monitoring di Pantai Jamursba medi  dan Warmon tentu mengetahui  alat ini.

Transmiter adalah pemancar atau bagian (alat) yang berfungsi sebagai pengirim pesan ke alat penerima (satelit). 

Apa Tujuan Penggunaan transmiter di penyu belimbing?

Penyu belimbing adalah organisme kosmopolitan, yang memiliki kemampuan migrasi yang sangat luas dan jauh.  Juga merupakan organisme pelagic dilautan.  Oleh karena aktivitas ruayanya yang jauh dan antar negara, sehingga perlu diketahui Penyu belimbing yang bertelur di Jamursba medi ini bergerak kemana  (jalur migrasinya) setelah bertelur, dan kegiatan apa yang dilakukannya. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan pemasangan transmiter dibadan penyu tersebut.  Hal ini penting sehingga dalam pengelolaannya melibatkan lebih dari satu negara, untuk melindungi jalur migrasinya dari jaring penangkap ikan atau pun dari kapal-kapal dagang.  Dengan mengetahui jalur migrasi penyu belimbing ini dapat dibuat aturan internasional untuk melindungi penyu ini.

Bagaimana bentuk dan cara pasang transmiter ?

Bentuk trasnmiter bermacam-macam sesuai dengan perkembangan teknologi, pada umumnya berbentuk kotak kecil, ditahun 2010  bentuknya seperti kotak yang ada antenanya (lihat Gambar).  Transmiter ini diletakkan di punggung penyu belimbing  (karapas) agar mudah memancarkan signal.  Di tahun 2004 pemasangan transmiter  agar tetap bertahan di punggung, penyu digunakan sabuk (seperti ransel punggung).  Namun di tahun 2010 hanya menggunakan perekat yang diletakkan di karapas penyu.   Transmiter dirancang sedemikian rupa agar tidak mengganggu pergerakan penyu dan dapat bertahan lama di tubuh penyu.

Bagaimana cara kerja transmiter ?

Transmiter yang telah dipasang di tubuh penyu belimbing akan memancarkan signal /pesan ke satelite.  Saat penyu ini menyelam di dalam air laut signalnya akan hilang dengan sendirinya, dan saat penyu ini  muncul ke permukaan untuk menggambil oksigen, signalnya akan tertangkap oleh satelit kembali. Dari data tersebut diketahui alur perjalanan penyu ini. 

Siapakah yang memasang transmiter di Jamursba medi dan Warmon ?

Transmiter merupakan alat yang canggih dan mahal sehingga tidak setiap organisasi mampu membeli, kegiatan pemasangan transmiter di Jamursba medi dan Warmon dilakukan oleh NOAA (Protected Resources Division, Southwest Fisheries Science Center, National Marine Fisheries Service, National Oceanic and Atmospheric Administration, Moss Landing, California 95039 USA), yang datang melalui WWF maupun UNIPA.  Tentunya sudah sepengetahuan dari pemerintah Indonesia  dalam hal ini oleh LIPI.


Apakah penyu yang dipasang transmiter akan kembali bertelur ?

Berdasarkan data yang didapat dan informasi dari WWF tim monitoring, beberapa kali menemukan penyu belimbing yang memiliki bekas pemasangan transmiter kembali bertelur (unpublish data) terbukti pada tanggal 3 Februari 2010 ditemukan penyu dengan bekas transmiter (bekas sabuk di bahu/pangkal fliper)  bertelur di pantai Warmon.  Hal ini membuktikan bahwa transmiter tidak menghambat  penyu kembali bertelur. Juga umur dari transmiter tidak akan bertahan lama di tubuh penyu belimbing.  



Apa hasil dari kegiatan pemasangan trasnmiter ini ?


Dari kegiatan ini diketahui bahwa penyu belimbing yang bertelur di Pantai Jamursba medi (musim peneluran April – September)  dalam masa-masa penelurannya (inter nesting movement) dilaporkan oleh Benson et al, 2007  bergerak ke arah sekitar perairan kepala burung (teluk cendrawasih, Raja Ampat),  PNG, kepulauan Santa Isabel dan Malaita.  Sedangkan pergerakan setelah bertelur diketahui mengarah ke bagian utara pasifik  antara lain, Sulawesi, Laut cina selatan, Kalimantan, Philipina, Malaysia, Selat Luzon (antara Taiwan dan Filipina), dan Jepang.  Beberapa penyu yang dipasang juga bergerak ke laut halmahera, Banda, seram, Aru, Kepulauan Key dan  PNG, yang lebih hebatnya lagi ada penyu dari Jamursba medi yang ke California (Amerika).



Apakah Transmiter mengendalikan penyu belimbing bergerak ke negara lain ?

Banyak masyarakat di pesisir Tambrauw meyakini bahwa ada orang India yang dibawa oleh WWF datang memasang alat di  tubuh penyu sehingga dengan remote dapat mengendalikan penyu dibawah ke negara mereka sehingga penyu yang tadinya bertelur di pesisir Tambrauw sudah berkurang, apakah hal ini bisa terjadi ?  jawabannya tentu saja TIDAK BISA, karena tidak ada teknologi sampai saat sekarang di dunia ini  yang mampu mengendalikan mahluk hidup apalagi sebesar penyu belimbing.   Transmiter hanya di letakkan di karapas penyu dan akan hilang dengan sendirinya seiring dengan waktu.  Jadi  jika masyarakat berpikir bahwa transmiter menyebabkan penyu  dikontrol dengan remote dan ditarik ke negara lain adalah SALAH,  pergerakkan yang jauh dan antar negara adalah sifat dari penyu belimbing  secara alamiah yang baru kita ketahui setelah memasang alat transmiter.
Jadi sekarang mau percaya yang mana ?  pada prasangka / pendapat   atau data/ bukti ilmiah yang terbukti sudah benar ?  (HF)

Rabu, 25 Januari 2012

CARA MENGURANGI ANCAMAN TERHADAP PENYU DI ABUN


Tujuh jenis penyu   yang masih hidup di dunia, empat diantaranya  berada di Kepala Burung Papua Barat.  Antara lain penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik semu, penyu hijau, dan penyu sisik.  Ancaman terhadap penyu  bervariasi  terutama yang dilakukan oleh manusia, baik langsung maupun tidak langsung.  Ancaman yang datang  muncul di tiap tingkatan umur penyu.  Ancaman terhadap   penyu dewasa dan juvenil sering tertangkap oleh  jaring / pukat dan long line. Ancaman terhadap telur dan penetasannya, degradasi dan hilangnya habitat peneluran dan  ancaman oleh polusi  air laut. Ancaman yang datang mampu merusak  dan mengurangi populasi secara terus menerus  bagi juvenil maupun penyu dewasa.  Aturan-aturan yang dibuat sering tidak efektif dan tidak familiar dengan masyarakat karena pendekatan konservasi kebanyakan  dibuat dari atas ke bawah (top – down).   Sehingga kurangnya dukungan dari masyarakat untuk mengerti  prinsip konservasi.  Oleh karenanya perlu dibuat aturan  konservasi yang berbasis masyarakat yang melibatkan perubahan perilaku dan  cara pandang, tidak ada dari keduanya yang dapat terjadi dengan mudah.


Merubah Perilaku
Satu tantangan yang terbesar dan paling kompleks dalam kegiatan konservasi  penyu adalah merubah perilaku atau kebiasaan  dari masyarakat pesisir lokal yang secara alami menggunakan sumberdaya  species yang terancam punah yang penting  untuk keberlangsungan hidup mereka.   Perilaku yang terutama tentunya yang berkaitan dengan mata pencaharian yang  diharapkan dapat dirubah  sehingga secara langsung atau tidak langsung tidak mempengaruhi species yang sedang dilindungi.  Perlu ditemukannya mata pencaharian alternatif yang tidak mengganggu penyu  namun menguntungkan bagi masyarakat lokal.

Menilai dan mengerti kebutuhan dasar Masyarakat Maupun potensi keuntungan dari program
Dalam menetapkan program konservasi, sangat penting melihat hubungan sosial budaya dari masyarakat lokal,  untuk mengusulkan alternatif yang layak, perlu untuk mempelajari dan memahami kebutuhan yang paling penting dari setiap komunitas, menghormati budaya lokal, dan menganalisis peran penyu dalam menghasilkan pendapatan keluarga. menciptakan lapangan kerja dan sumber-sumber ramah lingkungan baru disesuaikan dengan individu masing-masing komunitas adalah cara yang realistis untuk mempromosikan konservasi tidak hanya penyu  laut, tetapi dari ekosistem secara keseluruhan.


Jalan alternatif dari kehidupan ini hanya dapat diidentifikasi dan dimengerti ketika manager program tinggal bersama dengan masyarakat lokal. Dengan berpartisipasi dari hari ke hari dan dalam pertemuan-pertemuan  dengan pemimpin-pemimpin lokal, akan mendapat banyak informasi dari setiap interaksi yang dilakukan.  Dengan terlibatnya masyarakat dalam perwakilan program konservasi dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah dan organisasi non pemerintah  meliputi pembangunan perkelanjutan, kesehatan, pendidikan dan akibat lain dari konservasi.
Manager program dapat mendorong keberadaan organisasi masyarakat lokal, di tingkat kabupaten, kelompok nelayan, sekolah, perusahaan atau produsen regional untuk mendukung secara bersama-sama kegiatan konservasi yang pada akhirnya sama-sama mendapat keuntungan

Mengembangkan Program Alternatif Dan Sumber-Sumber Pendapatan Baru

Kegiatan program konservasi dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat jika keadaan setempat (pelatihan, materi yang tersedia) dianggap memadai. kegiatan-kegiatan tersebut, mulai dari produksi untuk pendidikan, dapat memberikan penghasilan dan menyebarluaskan informasi dan budaya, mempertinggi kesadaran lingkungan dan mempersiapkan generasi baru untuk masa depan.  produksi dan pemasaran produk-produk yang berorientasi konservasi berdasarkan program konservasi spesies telah disediakan dan alternatif untuk pembiayaan kegiatan tersebut melalui hubungan langsung dengan masyarakat, dengan tujuan yang terpikir, perusahaan kecil memproduksi pakaian (t-shirt, topi, pantai pakai) atau kelompok pengrajin dapat diselenggarakan oleh program konservasi atau didorong untuk bekerja sebagai koperasi atau individu, selalu bertujuan untuk memasukkan orang sebanyak mungkin.

Sebelum memulai kegiatan-kegiatan tersebut, anggaran harus diproyeksikan yang akan mendukung mereka sampai mereka menjadi mandiri.  Ada banyak cara untuk membiayai program sosial tertentu, termasuk pemerintah antar-bank pembangunan, lembaga swadaya masyarakat, dan sumber-sumber pemerintah lain. Kegiatan terpadu, seperti produksi t-shirt bekerjasama dengan kelompok daur ulang kertas yang produknya digunakan untuk  kemasan, membuat lebih efisien penggunaan talenta lokal, meningkatkan profitabilitas dan memperluas cakupan program pendidikan.  Banyak keuntungan yang bisa dibawa masuk oleh anak dan pemuda lokal (sepanjang tugas mereka untuk sekolah tidak terhambat) jaringan antara konservasi pariwisata sangat cocok dikembangkan oleh masyarakat (sepanjang infrastruktur dan akses tersedia)  dapat menjadi keuntungan langsung bagi ekonomi masyarakat.  

Program kegiatan pusat pengunjung akan  memberikan peluang untuk kontak langsung antara warga, pengunjung, dan penyu laut. Pusat kunjungan didalamnya bisa dibuat, museum kecil, toko eceran, memamerkan juga  kandang yang berisi species lokal, siklus hidupnya, dan tentu penjelasan biology dan statusnya, maupun aktivitas program  hal ini sangat penting sebagai bahan pendidikan maupun kampanye penggalangan dana.  Semua harus berkharakteristik budaya lokal . 

Mempekerjakan masyarakat untuk melakukan konservasi dan pengelolaan penyu laut  tidak hanya menyediakan sumber pendapatan alternatif,  tapi juga membuat tata kelola  sumber daya di masa depan oleh masyarakat menjadi mungkin.


Mengubah Cara pandang

Dalam membangun program konservasi, penting untuk mengidentifikasi di mana ada kesenjangan dalam cara pandang konstituen yang dituju, dari masyarakat setempat sangat diperlukan untuk program konservasi, seperti sektor lain dari masyarakat, termasuk politisi, kepentingan perusahaan, komunitas ilmiah, yayasan, lembaga donor, sponsor, dan pembuat opini secara umum. Dukungan publik melanggengkan program konservasi, dan akibatnya, meningkatkan kelangsungan hidup penyu laut dan sumber daya target lainnya.


Lingkungan Komunikasi dan Pendidikan

Promosi dan pengembangan kampanye pendidikan dapat dilakukan menggunakan bermacam-macam alat,  seperti pemasaran (publisitas, relasi publik, acara, perdagangan), media masa (radio, televisi, koran, majalah) dan lainnya, termasuk multi media, poster, pameran, presentasi lisan, debat, dan publkasi inisiatif program. Banyak politikus, pengusaha, dan pimpinan lembaga diantaranya pasti memiliki kesempatan untuk belajar tentang program  konservasi yang dilakukan melalui media yang ada.  Program konservasi harus menyerap dan menggunakan semua alat-alat komunikasi modern yang tersedia, seperti lembaga-lembaga publik dan swasta lain,

Relatif mudah mengambil gambar penyu laut dibanding hewan lain dialam, ini adalah aspek posotif yang menggunakan aspek visual dalam kampanye publik.  Gambar induk penyu, juvenil berenang dan mencari makan dan merakak dalam bertelur di pasir, merupakan tayangan  yang bagus untuk dimunculkan secara positif yang berdampak pada opini masyarakat.  Sponsor lebih tertarik lagi dalam program keuangan yangmenyediakan pasar yang potensial menguntungkan.  Dimana hasil dan capaiannya dapat dipublikasi. 

Kualitas photography yang bagus sangat penting untuk dipamerkan dan dibicarakan. Ini juga berguna  untuk kita menyusun materi ajar dan menyediakan gambar untuk koran maupun majalah. 

Mereka yang bekerja di lapangan yang paling mungkin untuk mendokumentasikan fenomena alam, dengan demikian, itu selalu merupakan investasi yang berharga untuk memasukkan peralatan fotografi berkualitas tinggi dan video dalam anggaran proyek.presentasi dengan hasil photograpy, video multi media dan sumber daya yang lain menjadikan  pencitraan yang baik untuk dikunjungi.

Dukungan untuk program konservasi dalam hal aspek hukum perlindungan dijamin melalui hubungan yang stabil dan konstan dengan pemerintah. Konservasi penyu laut juga dipromosikan dengan menggunakan teknik lobi yang berusaha untuk mendidik sektor pemerintah dan menunjukkan kerjasama yang mungkin.  Juga penting untuk melibatkan politisi terkenal di isu lingkungan, untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan berbagi hasil positif.  Prioritas dalam tujuan program pertemuan harus melakukan sebuah kampanye pendidikan yang memanfaatkan saluran media penargetan konstituen tertentu, seperti pembuatan kebijakan masyarakat.

Di tingkat akar rumput, mengintegrasikan program ke dalam kehidupan sehari-hari memastikan bahwa generasi baru yang memiliki pandangan konservasi yang lebih baik.  Metode yang diterapkan di bidang pendidikan lingkungan dapat dibuat  program khusus dan dalam bentuk aktivitas (misalnya, kertas daur ulang, pengumpulan sampah selektif, memandu tur ekologi SMP, kebun bersama) yang melibatkan kelompok pemuda. Yang juga berguna untuk memasukkan penduduk lokal dalam aspek program yang menyenangkan, seperti pelepasan tukik. Dengan cara ini, penyu bertindak sebagai "spesies unggulan", mendorong kepekaan ekologi umum dan keprihatinan.   Terisolasinya program konservasi yang tidak memiliki dukungan publik menjadi rapuh dan rentan. Kemungkinan untuk succes jangka panjang meningkat dengan dukungan di semua tingkat, dari menteri sampai nelayan. 


Program pelatihan Bagi Mahasiswa

Program pelatihan dan magang bagi mahasiswa , atau posting mahasiswa pascasarjana memberikan pengalaman praktis dan sangat penting dalam mendidik konservasionis masa depan dan manajer sumber daya alam. Magang harus mengekspos tidak hanya untuk biologi penyu, tetapi juga untuk realitas dan kesulitan program konservasi. kursus yang diajarkan di sekolah tidak sering termasuk interaksi masyarakat, penggalangan dana, dan representasi institusional dalam berbagai situasi kehidupan nyata. Pada program saat yang sama juga membuat penelitian yang melengkapi kegiatan-kegiatan konservasi prioritas.


Evaluasi Keberhasilan program

Faktor berikut harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi keberhasilan program:

1. Jumlah anggota masyarakat yang terlibat dalam program konservasi, produksi, dan upaya pemasaran dan jasa terkait lainnya, atau menerima manfaat tidak langsung dari program;

2. Peningkatan kualitas hidup di tingkat masyarakat (misalnya, pendidikan, pendapatan per kapita, akses terhadap barang konsumen, kesehatan);

3 penurunan jumlah : telur yang diambil orang,  individu betina dewasa yang mati, dan penyu yang tertangkap sengaja atau sengaja oleh kapal perikanan;

 4 .Implementasi  yang spesifik, undang-undang yang efektif untuk perlindungan penyu laut;

5. Terciptanya dan dukungan untuk kawasan lindung yang bermanfaat bagi penyu laut;

6. Laba yang dihasilkan oleh produk program, dan persentase diinvestasikan dalam perlindungan penyu laut dan dalam program komunitas lokal; 7. peningkatan jumlah anggota masyarakat  dalam mendukung program konservasi penyu (HF)


Diterjemahkan dari judul asli : Reducing threats to turtles

Penulis : Maria A.G.d.M dan Joca C. A. Thome

Buku : research and management technics for the conservation of sea turtle

Kamis, 19 Januari 2012

Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengumpulan Data di Pantai Peneluran

Dalam banyak survey sarang,  keakuratan survey dipengaruhi oleh banyak faktor.  Termasuk apakah itu survey dari udara maupun  survey darat. Komponen yang paling kristis dari dua tipe survey adalah mengimplementasikan secara wajar desainnya di lapangan secara benar dalam pengambilan sampel di lapangan.  Pekerjaan yang benar menyediakan verifikasi dan aplikasi  koreksi yang benar dalam data akhir yang dianalisis.  Beberapa faktor yang mayoritas mempengaruhi pengumpulan data antara lain:
1.      Keakuratan surveyor :  surveyor yang salah  mengambil data  sangat mempengaruhi keakuratan survey. Oleh karenanya program survey sarang secara lengkap harus termasuk pelatihan bagi suveyor dan dalam mengambil data dengan benar  di lapangan.
2.      Jenis penyu : Beberapa penyu memamerkan perilaku bertelur yangrumit dan  banyak tanda jejak.  Contoh: penyu sisik secara umum lebih suka dekat vegetasi dan menentukan jejaknya sendiri.  Berbeda dengan , jejak penyu belimbing  secara umum menimbulkan  kerusakan di pantai sehingga mengacaukan sarang yang akan segera menetas.  Oleh karenanya  Perilaku bersarang jenis penyu perlu diperhitungkan dalam pengambilan data.
3.      Kepadatan sarang: pantai peneluran yang memiliki jumlah   kepadatan sarang yang tinggi, mungkin tidak bagus untuk calon yang menggunakan survey udara.  Jumlah jejak yang kecil, sering tumpang tindih dengan yang lain, hal ini  membuat sangat sulit, sehingga tidak mungkin melihat keakuratannya dari udara. Survey udara sangat cocok untuk pantai dengan level aktivitas bersarangnya sedang,  kecuali kalau helicopter tersedia untuk survey udara untuk pantai dengan kepadatan yang tinggi.
4.      Tipe pantai : Vairasi tipe pantai mungkin berpengaruh kepercayaan terhadap jumlah  jejak ( terutama jejak baru atau lama).  Pantai yang memiliki pasir yang bagus bercampur  pasir kasar, pasir kasar yang bercampur dengan cangkang.  Biasanya  mempengaruhi jejak fliper penyu di pasir .
5.      Waktu dalam sehari (posisi bulan) : sudut pandang matahari yang rendah di pagihari  memberikan bayangan yang dalam dibelakang jejak dan membuat penglihatan yang baik .  Pada  pertengahan pagi,   bayangan ini hilang dan jejak lebih sulit untuk dilihat.    Cuaca mendung mengurangi effek bayangan untuk melihat perbedaan tanda jejak di lapangan.   Direkomendasikan survey dilakukan bagi-pagi benar untuk mengurangi pengaruh yang ditimbulkan untuk akurasi.
6.      Angin : jejak mungkin dapat terhapus oleh cuaca atau tergantung intensitas angin, durasi, dan bentuknya. Kelembapan pasir yang sedang , berpengaruh pada angin untuk beberapa derajat  dan menyebabkan pasir lebih terlihat jelas dibandingkan pasir yang kering. 
7.      Hujan :  jatuhnya hujan menyebabkan hilangnya jejak dan mengacaukan identifikasi jejak, secara umum masih mungkin dilihat setelah hujan yang sedang.  Tetapi jika hujan deras maka mungkin melenyapkan jejaknya.
8.      Aktivitas manusia: aktivitas manusia dapat mengaburkan jejak, bekas tubuh dan tanda sarang lainnya.  Oleh karenanya perlu diketahui level aktivitas manusia di pantai (HF)

Sah! Gubernur Papua Barat Keluarkan PERGUB UPTD TP Jeen Womom

Penantian yang ditunggu Pemerintah Kabupaten Tambrauw terjawab sudah, setelah ditetapkan Menteri  menjadi Taman Pesisir Jeen Womom pada Des...