Sebagian masyarakat Kabupaten
Tambrauw daerah pesisir yang masih awam, menyebutkan bahwa penggunaan taging
(biasa disebut “penen”), adalah penyebab penyu tidak balik bertelur kembali ke
pantai. Tapi apakah hal ini betul ?
apakah penen atau taging yang dimaksud ini dan apa maksud pemasangannya ?
Apakah Penyu di negara lain yang
memiliki Pantai Peneluran juga melakukan PIT tag ?
Penyu Belimbing (Dermochelys
coriacea) adalah
penyu terbesar di dunia yang keberadaanya sudah sangat berkurang oleh karenanya
dimasukkan dalam daftar CITES sebagai hewan yang paling dilindungi, di
indonesia pun penyu ini merupakan penyu yang dilindungi oleh
undang-undang. Penggunaan PIT tag
semata-mata dilakukan untuk tujuan Ilmiah demi pengelolaan penyu yang baik.
Apa Itu taging dan apa itu PIT tag ?
Taging itu sediri berasal dari bahasa
inggris yang berarti : tanda, label (on a
box). 2 kartu. price t. kartu harga. 3 pening, kepingan untuk nama,
tanda pengenal. -kkt. (tagged)
membubuhi /memasang etik. Dengan
demikian memberi taging kepada penyu berarti memberi tanda/ label pada penyu
papada umumnya tanda tersebut berupa logam atau plastik yang dipasang
sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi gerak, biologi dari penyu tersebut. Taging dibagi menjadi
dua jenis menurut letaknya yaitu external
taging dan internal taging.
External taging biasanya dipasang pada fliper penyu- penyu kecil (penyu
hijau, sisik, sisik semu) berupa metal
tag yang bernomor kode tertentu.
Sedangkan internal taging yaitu pemberian tanda kepada penyu dengan
memasukkan benda kecil yang berkode (semacam chip) kedalam bagian tubuh
tertentu. Passive integrate transponder atau PIT tag adalah label
microprocessors yang tidak bergerak yang dapat mengirimkan nomor identifikasi
tertentu (nomor seri 12xxxxxxxA untuk Jamursba dan 13xxxxxxxA untuk Warmon) ke
alat baca elektronik (reader) yang diaktifkan dengan signal frequensi radio
rendah pada jarak dekat (lihat Gambar). Ukuran PIT tag
yang digunakan yaitu 11,5 x2,1 mm sampai 20,0 x3,2 mm, atau seukuran butir
beras.
Apa tujuan pemasangan PIT tag pada
penyu belimbing ?
PIT tag pada prinsipnya sama dengan
KTP pada manusia, dimana dengan KTP kita dapat mengetahui identitas seseorang.
PIT tag ini dikembangkan oleh para ahli biologi penyu untuk mengetahui siklus hidup penyu, musim
bertelur, kawin dan kematangan seksual (reproduksi), pertumbuhan, pergerakkan
(migrasi), asal lokasi, populasi dan informasi penting lainnya. Dengan
dipasangnya PIT tag saat ini untuk Jamursba medi kita sudah bisa mengetahui
berapa kali penyu dewasa bertelur dalam satu musim, setiap berapa tahun sekali
kembali bertelur, dan kita dapat menduga
berapa populasi individu betina penyu belimbing saat ini dengan baik. Tentu tujuan akhir dari semua ini adalah
informasi yang akan digunakan untuk perlindungan penyu ini.
Sejak kapan PIT tag dilakukan di Pantai
Jamursba medi ?
Kegiatan PIT tag dilakukan oleh WWF
Kantor Sorong sejak 2003, dan pada tahun 2005 kegiatan ini dilakukan bersama
dengan UNIPA (Universitas Papua) sampai sekarang.
Negara – negara lain di dunia yang memiliki pantai peneluran penyu
belimbing juga melakukan kegiatan PIT tag yang sama. Negara-negara tersebut
antara lain Papua New guine (PNG), Costa Rica, Malaysia, Trinidad, Suriname,
french Guiana, Pulau Adaman and Nicobar (Samudera Hindia), Mexico, dll. Kegiatan
ini dilakukan secara global dan setiap negara memiliki nomor seri yang berbeda,
sehingga jika penyu yang dari Papua Barat jalan-jalan ke California dapat
diketahui identitasnya atau sebaliknya.
Bagaimana cara PIT tag dipasang ?
Di Pantai Jamursba medi PIT tag
dimasukkan di otot bagian kanan depan
(bahu) dekat fliper menggunakan alat jarum (disebut Gun/pistol) dengan
hati-hati, akurat dan cepat. Petugas yang melakukan PIT tag wajib membawa
alkohol dan betadine agar proses taging sterill. Oleh karenanya tidak semua
orang di izinkan untuk melakukan ini.
Oleh karena penanda /taging ini dimasukkan dalam tubuh penyu sehingga,
sangat sulit untuk hilang atau rusak. PIT
tag dilakukan kepada individu penyu belimbing betina yang sudah selesai bertelur
sehingga tidak mengganggu proses peneluran.
Apakah Penyu yang di PIT tag di
Jamursba medi akan kembali bertelur ?
Individu betina penyu belimbing yang telah di PIT tag akan kembali ke pantai
untuk bertelur. Rata-rata Individu betina penyu belimbing dewasa bertelur setiap
2- 4 tahun sekali. Hal ini terbukti sangat nyata dan selalu
ditemukan setiap tahun bahwa penyu yang naik setelah di scan untuk mengetahui ada tidaknya nomor PITtag banyak
ditemukan individu yang memiliki nomor seri Jamursba medi yang ditahun
sebelumnya sudah di PIT tag. Berdasarkan
data WWF kantor Sorong (unpublish) mulai
Januari – Mei 2010 saja ditemukan 78 individu betina penyu belimbing yang sudah
di PIT tag di musim peneluran sebelumnya (old number) bertelur
kembali di pantai Jamursba medi dan Warmon, rata-rata proporsi penyu yang kembali bertelur setiap tahun 23-26%
(Tapilatu, et al 2010). Oleh karena
terbatasnya tenaga sehingga tidak semua pantai peneluran di pesisir utara Kepala
Burung Papua ini dapat di monitor, sehingga tidak semua penyu ditemukan dalam
satu patrolli malam. Berdasarkan data ini dapat dipastikan bahwa kegiatan PIT tag tidak mengganggu penyu
untuk kembali bertelur di Pantai Jamursba medi dan Warmon.
Apa itu Transmiter ?
Transmiter jika dilihat dan didengan
oleh masyarakat Tambrauw pada umumnya mereka tentu tidak tahu benda apakah ini
? tapi bagi mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan monitoring di Pantai
Jamursba medi dan Warmon tentu
mengetahui alat ini.
Transmiter adalah pemancar atau bagian
(alat) yang berfungsi sebagai pengirim pesan ke alat penerima (satelit).
Apa Tujuan Penggunaan transmiter di
penyu belimbing?
Penyu belimbing adalah organisme
kosmopolitan, yang memiliki kemampuan migrasi yang sangat luas dan jauh. Juga merupakan organisme pelagic
dilautan. Oleh karena aktivitas ruayanya
yang jauh dan antar negara, sehingga perlu diketahui Penyu belimbing yang bertelur
di Jamursba medi ini bergerak kemana (jalur migrasinya) setelah bertelur, dan
kegiatan apa yang dilakukannya. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan
pemasangan transmiter dibadan penyu tersebut. Hal ini penting sehingga dalam pengelolaannya
melibatkan lebih dari satu negara, untuk melindungi jalur migrasinya dari
jaring penangkap ikan atau pun dari kapal-kapal dagang. Dengan mengetahui jalur migrasi penyu
belimbing ini dapat dibuat aturan internasional untuk melindungi penyu ini.
Bagaimana bentuk dan cara pasang
transmiter ?
Bentuk trasnmiter bermacam-macam
sesuai dengan perkembangan teknologi, pada umumnya berbentuk kotak kecil,
ditahun 2010 bentuknya seperti kotak
yang ada antenanya (lihat Gambar). Transmiter
ini diletakkan di punggung penyu belimbing (karapas) agar mudah memancarkan signal. Di tahun 2004 pemasangan transmiter agar tetap bertahan di punggung, penyu
digunakan sabuk (seperti ransel punggung).
Namun di tahun 2010 hanya menggunakan perekat yang diletakkan di karapas
penyu. Transmiter dirancang sedemikian
rupa agar tidak mengganggu pergerakan penyu dan dapat bertahan lama di tubuh
penyu.
Bagaimana cara kerja transmiter ?
Transmiter yang telah dipasang di
tubuh penyu belimbing akan memancarkan signal /pesan ke satelite. Saat penyu ini menyelam di dalam air laut
signalnya akan hilang dengan sendirinya, dan saat penyu ini muncul ke permukaan untuk menggambil oksigen,
signalnya akan tertangkap oleh satelit kembali. Dari data tersebut diketahui
alur perjalanan penyu ini.
Siapakah yang memasang transmiter di
Jamursba medi dan Warmon ?
Transmiter
merupakan alat yang canggih dan mahal sehingga tidak setiap organisasi mampu
membeli, kegiatan pemasangan transmiter di Jamursba medi dan Warmon dilakukan
oleh NOAA (Protected Resources Division, Southwest Fisheries Science Center,
National Marine Fisheries Service, National Oceanic and Atmospheric
Administration, Moss Landing, California 95039 USA), yang datang melalui WWF
maupun UNIPA. Tentunya sudah
sepengetahuan dari pemerintah Indonesia
dalam hal ini oleh LIPI.
Apakah
penyu yang dipasang transmiter akan kembali bertelur ?
Berdasarkan
data yang didapat dan informasi dari WWF tim monitoring, beberapa kali
menemukan penyu belimbing yang memiliki bekas pemasangan transmiter kembali
bertelur (unpublish data) terbukti pada tanggal 3 Februari 2010 ditemukan penyu
dengan bekas transmiter (bekas sabuk di bahu/pangkal fliper) bertelur di pantai Warmon. Hal ini membuktikan bahwa transmiter tidak menghambat penyu kembali bertelur. Juga umur dari transmiter tidak akan bertahan lama di tubuh penyu belimbing.
Apa hasil
dari kegiatan pemasangan trasnmiter ini ?
Dari kegiatan
ini diketahui bahwa penyu belimbing yang bertelur di Pantai Jamursba medi
(musim peneluran April – September) dalam
masa-masa penelurannya (inter nesting movement) dilaporkan oleh Benson et al,
2007 bergerak ke arah sekitar perairan
kepala burung (teluk cendrawasih, Raja Ampat), PNG, kepulauan Santa Isabel dan Malaita. Sedangkan pergerakan setelah bertelur
diketahui mengarah ke bagian utara pasifik antara lain, Sulawesi, Laut cina selatan, Kalimantan,
Philipina, Malaysia, Selat Luzon (antara Taiwan dan Filipina), dan Jepang. Beberapa penyu yang dipasang juga bergerak ke
laut halmahera, Banda, seram, Aru, Kepulauan Key dan PNG, yang lebih hebatnya lagi ada penyu dari
Jamursba medi yang ke California (Amerika).
Apakah Transmiter mengendalikan
penyu belimbing bergerak ke negara lain ?
Banyak masyarakat di pesisir
Tambrauw meyakini bahwa ada orang India yang dibawa oleh WWF datang memasang alat
di tubuh penyu sehingga dengan remote
dapat mengendalikan penyu dibawah ke negara mereka sehingga penyu yang tadinya
bertelur di pesisir Tambrauw sudah berkurang, apakah hal ini bisa terjadi
? jawabannya tentu saja TIDAK BISA,
karena tidak ada teknologi sampai saat sekarang di dunia ini yang mampu mengendalikan mahluk hidup apalagi sebesar
penyu belimbing. Transmiter hanya di letakkan
di karapas penyu dan akan hilang dengan sendirinya seiring dengan waktu. Jadi jika masyarakat berpikir bahwa transmiter
menyebabkan penyu dikontrol dengan
remote dan ditarik ke negara lain adalah SALAH, pergerakkan yang jauh dan antar negara adalah
sifat dari penyu belimbing secara
alamiah yang baru kita ketahui setelah memasang alat transmiter.
Jadi sekarang mau percaya yang mana ? pada prasangka / pendapat atau data/ bukti ilmiah yang terbukti sudah
benar ? (HF)