Setelah salah satu LSM konservasi yang telah lama bekerja di Jamursba medi menyatakan untuk tidak melakukan
monitoring di Pantai Jamursba medi dan beralih ke pemberdayaan masyarakat sejak akhir tahun 2012 dan menyerahkan kegiatan monitoring kepada UNIPA (Universitas Negeri Papua), otomatis kegiatan monitoring sepenuhnya langsung dibawah pimpinan UNIPA hal ini juga tertuang dalam Joint Operation Plan yang dibuat bersama dibawah otoritas Balai Besar KSDA Papua Barat,
Namun demikian sampai dengan 2014 kegiatan monitoring tidak berjalan mulus, kurangnya perhatian dari pemerintah daerah Tambrauw terhadap kegiatan monitoring dan tuntutan dari masyarakat lokal terhadap lembaga yang bekerja di Pantai untuk kompensasi kegiatan mereka berbuntut pada kegiatan monitoring yang terganggu. Sementara itu dari pantauan terakhir di bulan April 2014 terlihat bahwa tingkat kematian penyu lekang dan predasi terhadap sarang penyu cukup tinggi di Pantai Warmamedi. Sepertinya harapan kepada pemerintah daerah untuk menangani secara serius asset daerah yang menurut penelitian terakhir (Tapilatu et al 2013) terus mengalami penurunan jumlah individu penyu yang bertelur ini semakin kurang. padahal bila dikelola dengan baik, icon kabupaten Tambrauw ini dapat menarik wisatawan asing untuk melihat penyu terbesar di dunia yang bertelur di pesisir Kabupaten Tambrauw.
Di awal Juni ini yang merupakan puncak dari peneluran penyu belimbing hampir tidak ada perhatian maupun agenda kegiatan dalam melindungi habitat penyu belimbing di Pantai Jamursba medi, padahal musim bertelur setiap tahun selalu sama. kita tunggu saja selanjutnya. (HF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar