The Population Status of Olive Ridley
Turtles (Lepidochelys
olivacea) and Their Nesting Season at Jamursba medi and Warmon Beaches in Abun District, Tambrauw, West
Papua
Hadi V Ferdinandus1, Daniel Tadu1,
Kuriani Wartanoi1
E-mail: hferdinandus@wwf.or.id
Abstract
Jamursba medi and Warmon beaches are the largest nesting beaches for
Leatherback turtles in the Pacific. In addition, these beaches also have quite
a large number of Olive Ridley turtle nests (Lepidochelys olivacea). The peak
for nesting on the beach of Jamursba medi is recorded to occur between April to
May during the year and in April at Warmon beach. This is important in the protection efforts of the turtle
nests and to have the protection efforts focused on those months. In general,
the number of turtle nests in Jamurba
medi and Warmon in the last five years is increasing although not very
significant. It is estimated that there are about 182.73 – 350.91 female Olive
Ridley turtles that lay eggs every year. However, predators are a great threat.
In Jamursba medi, dogs are the dominant predators of the Olive Ridley nests
followed by wild boars and monitor lizards, while on the beach Warmon, dogs and
lizards are the major predators that eat their eggs.
Key words : Olive Ridley
(Lepidochelys
olivacea), Jamursba medi, Warmon, Nesting
Season, Population Status
PENDAHULUAN
Kepala burung Pulau Papua
merupakan tempat peneluran bagi penyu
belimbing terbesar di Pasifik. Lokasi
peneluran utama di kepala burung pulau Papua
terletak di dua bentang pantai, yaitu pantai Suaka Margasatwa Jamursba
Medi (JM) disebelah barat dan pantai Warmon yang terletak ± 30 km disebelah timurnya. Kedua bentang
pantai dipisahkan oleh rangkaian bukit
batu dan muara sungai. Panjang pantai JM
adalah ± 18 km yang terbagi atas tiga segmen pantai yaitu Wembrak
(panjang ± 6505 m), Warmamedi
(± 5110 m), dan pantai Batu
Rumah
(± 6330 m). sedangkan panjang pantai Warmon sekitar 6 Km. Pantai ini berjarak +
200 Km dari kota Sorong dengan jarak
tempuh 4 – 7 jam dengan perahu bermesin 25 – 40 Pk. Selain penyu Belimbing (Dermochelys
coriacea), terdapat juga penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea), penyu Hijau (Chelonia mydas), dan penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) (Hitipeuw dan
Maturbongs, 2002).
Penyu Lekang memiliki jumlah populasi terbesar kedua setelah penyu
belimbing
Konsentrasi kegiatan yang lebih banyak mengarah pada
penyu Belimbing menyebabkan, perlindungan terhadap penyu Lekang menjadi nomor
dua. Jarak telur yang dangkal di dalam
pasir menjadi penyebab mudahnya sarang penyu Lekang di predasi oleh predator.
Anjing, babi hutan, dan biawak merupakan predator utama yang merusak telur
penyu Lekang di Jamursba medi dan Warmon.
Selain itu perburuan terhadap daging penyu Lekang masih terjadi di pesisir Abun, hal ini
terbukti dengan banyak ditemukannya karapas penyu Lekang di pantai yang banyak
terdapat penduduknya di pesisir abun.
Kegiatan pemantauan selama ini dilakukan oleh
WWF Indonesia dalam kegiatan perlindungan habitat peneluran penyu dengan
mengikutsertakan masyarakat local sebagai tenaga pemantau. Berbagai upaya yang dilakukan dalam upaya
penyelamatan telur penyu antara lain :
kegiatan relokasi telur penyu dan
pengendalian predator alami, serta pendidikan lingkungan hidup
Tulisan
ini bertujuan untuk menampilkan hasil kegiatan pemantauan dan pengamanan populasi
penyu Lekang di pantai JM dan Warmon, membahas hasil tersebut hingga mengerucut
menjadi suatu rekomendasi pengelolaan penyu yang efektif.
MATERI & METODE
Pemantauan status
populasi
·
Waktu
pemantauan
Pemantauan dilakukan dalam 2 waktu yang
berbeda dalam sehari, yaitu pada pagi hari dan malam hari. Pemantauan pagi hari
dilakukan terjadi air pasang tertinggi untuk mendata jumlah sarang penyu yang
dijumpai sedangkan pemantauan malam hari untuk mendata individu betina yang
naik bertelur dilakukan pada malam hari, dan pencatatannya terhadap individu
betina seperti; pencatatan panjang dan lebar lengkung karapas, serta nomor tag
(Flipper tag).
Pemantauan pada pagi hari dilakukan
sepanjang tahun pada saat sebelum dan ketika memasuki musim peneluran sedangkan
pemantauan malam hari dilakukan pada musim peneluran yaitu di Pantai Jamursba
Medi dari bulan April. hingga bulan September (6 bulan) dan di Pantai Warmon dari bulan Oktober
hingga bulan Maret (6 bulan). Pemantauan siang hari tidak dilaksanakan jika
bertepatan dengan hari raya keagamaan (Natal, Tahun baru dan Paskah).
·
Jumlah
tenaga pemantau, dan peralatan yang digunakan
Pemantauan siang hari dilakukan oleh
petugas yang berasal dari masyarakat
local yang terlatih dalam melakukan survey sarang, setiap segmen pantai memiliki tenaga pemantau
masing-masing (Tabel 1). Sedangkan pemantauan malam hari dilakukan
oleh petugas monitoring WWF, karena musim yang berbeda sehingga tenaga pemantau
malam untuk pantai Jamursba medi (Wembrak, Baturumah, Warmamedi) dan Warmon
adalah orang yang sama.
Pemantauan sarang terpredasi dan
hilang akibat abrasi
·
Waktu
pemantauan ancaman predator dan abrasi
Pemantauan sarang terpredasi dan hilang akibat abrasi dilakukan bersamaan
dengan dilakukannya pemantauan aktivitas penyu bertelur (survey sarang) yaitu
sepanjang tahun pada pagi hari
(kecuali hari libur keagamaan),
pemantauan sarang terpredasi pada malam hari dilakukan pada saat musim
puncak peneluran saja.
Pemantauan dilakukan dalam 2 waktu yang
berbeda dalam sehari, yaitu pada pagi hari dan malam hari. Pemantauan pagi hari
dilakukan untuk mendata jumlah sarang penyu yang dijumpai sedangkan pemantauan
malam hari untuk mendata individu betina yang naik bertelur, dan pencatatannya
terhadap individu penyu betina seperti; pencatatan panjang dan lebar lengkung
karapas, melakukan tagging menggunakan
metal tag dan mencatat nomor tagging
bagi penyu betina yang pernah di tagging sebelumnya.
·
Jumlah
tenaga pemantau ancaman, dan peralatan yang digunakan
Pemantau sarang terpredasi dilakukan
bersamaan dengan pemantauan sarang penyu (satu paket kerja) yaitu pantai Batu Rumah 2 orang, Wembrak 2
orang, Warmamedi 3 orang, Warmon 3 orang.
Peralatan yang digunakan dalam pemantauan
sarang penyu terpredasi pagi hari yaitu
pencil, buku data, tas plastic, parang,
sarung tangan, jaring penutup
sarang, sedangkan pemantauan sarang
terpredasi malam hari antara lain
pencil, buku data, senter kepala, dan
parang.
·
Cara
mengidentifikasi sarang yang berisi telur dan penyebab kerusakan sarang
Suatu sarang dikatakan terpredasi oleh
babi hutan jika jejak dan bentuk kerusakan
terlihat dilakukan oleh babi hutan
(sarang terlihat seperti kawah pasir, bekas galian melingkar
merata). Suatu sarang dikatakan
terpredasi oleh anjing apabila terdapat jejak dan bentuk kerusakan yang menunjukkan ciri-ciri
jejak dan kerusakan oleh anjing (galian sarang yang hanya satu arah). Sedangkan suatu sarang dikatakan terpredasi
oleh biawak apabila jejak dan bentuk kerusakan sarang menunjukkan ciri-ciri
biawak ( galian sarang lebih kecil dibanding anjing dan babi, bekas ekor biawak
yang terseret di pasir).
Untuk mengetahui suatu sarang terdapat telur
atau tidak dilakukan dengan melihat tanda-tanda jejak penyu di pasir. Jika jejak menunjukkan penyu melakukan tahapan
peletakkan telur atau kamuflase kemungkinan 90 % terdapat telur penyu, untuk
memastikan dapat digunakan stick/ tongkat untuk memeriksa posisi telur.
Untuk
pemantauan terhadap aktivitas pengancam populasi sarang, dilakukan pencatatan
jumlah sarang penyu yang dipredasi oleh babi hutan, anjing dan biawak maupun tergerus
air laut. Pemantauan ini biasanya dilakukan pada pagi hari bersamaan ketika
melakukan monitoring populasi sarang baru. Hal ini dimaksud agar jejak/track
sarang yang ingin dipantau belum terhapus sehingga mudah diidentifikasi. Pada saat
melakukan pemantauan, pemantau mencatat seluruh sarang penyu yang ditemukan
berada dalam kondisi rusak dan/serta penyebabnya.
·
Cara Menduga jumlah populasi penyu
bertelur (penyu betina dewasa)
Untuk menghitung jumlah
individu yang bertelur di pantai JM dan Warmon per satu satuan waktu menggunakan rumus (Adnyana dan Hitipeuw,
2009):
|
Sedangkan
jumlah sarang penyu Lekang yang dihasilkan per induk per musim menurut Spotila
(2004) rata-rata 2,2 sarang.
Pemantauan terhadap masa inkubasi dan
daya tetas telur penyu
Pemantauan
terhadap masa inkubasi hanya dilakukan pada telur yang direlokasi ke penetasan
semi-alami. Penetasan ini dirancang sedemikian rupa dengan membuat kandang
persegi berpagar keliling dan beratap dedaunan. Jarak lokasi penetasan dari air
pasang tertinggi adalah 4 m. Penetasan ini dijaga dari predator, dan sarang
digali ketika sudah menetas, atau dianggap telah melampaui masa inkubasi (lebih
dari 75 hari) . Penghitungan angka penetasan telur penyu dilakukan dengan
metode yang dianjurkan oleh Adnyana dan Hitipeuw (2009). Telur dianggap
infertil jika ukurannya kecil dan dan tidak memiliki kuning telur.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pemantauan Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) di Pantai Jamursba Medi dan Warmon
Total sarang yang
berhasil dihitung di pantai JM selama periode 2007 – 2011 berkisar antara 348 –
512 sarang per tahun (Grafik 1).
Secara umum, kecenderungannya adalah meningkat dalam kurun lima tahun terakhir.
Masa puncak bertelur tercatat stabil terjadi antara bulan April – Mei setiap
tahunnya (Grafik 2). Namun demikian,
seperti halnya yang terjadi pada sarang-sarang telur penyu Belimbing, sarang
telur penyu Lekang juga tak luput dari predasi dan gerusan air laut. Kehilangan
telur akibat hal ini setidaknya tercatat terjadi dalam 25 bulan, dengan
proporsi kerusakan berkisar antara 8,06 – 100%. Anjing tampaknya merupakan
predator dominan di JM, diikuti oleh babi hutan, dan biawak. Proporsi
kehilangan sarang telur penyu akibat gerusan air laut relatif kecil, dan hanya
tercatat pada bulan Maret 2007 dan 2009, serta bulan Juni 2011 (Grafik 3).
Jumlah sarang
telur yang dipantau di Warmon pada periode 2007 – 2011 berkisar antara 49 – 326
sarang per tahun. Seperti halnya yang terjadi di JM, kecenderungan populasi
penyu Lekang bertelur di Warmon juga mengalami peningkatan dalam lima tahun
terakhir (Grafik 4). Kecuali tahun
2008, masa puncak peneluran penyu Lekang di Warmon terjadi pada Bulan April (Grafik 5).
Predasi tampaknya
juga menjadi masalah besar bagi sarang – sarang telur penyu Lekang di Warmon.
Selama 60 bulan pengamatan, kehilangan sarang-sarang telur penyu akibat predasi
setidaknya tercatat terjadi dalam 14 bulan dengan proporsi berkisar antara 2,15
– 100%. Anjing dan biawak adalah predator utama di Warmon. Predasi oleh babi
hanya tercatat terjadi pada bulan Februari 2011 (1 sarang). Demikian pula
halnya dengan kehilangan sarang telur penyu akibat gerusan air laut yang hanya
terjadi pada bulan April 2010 (1 Sarang). Ringkasan proporsi sarang telur penyu
akibat predasi dan gerusan air laut di Warmon selama periode 2007 – 2011
ditampilkan pada Grafik 6.
Pada
Tahun 2010 dilakukan relokasi sarang penyu Lekang di pantai JM dan Warmon.
Total sarang telur penyu dimaksud adalah 59 sarang. Dari total sarang ini,
telur fertil diketahui berjumlah 5461 butir, dan yang berhasil menetas adalah
sebanyak 3862 butir. Dengan demikian sukses menetasnya adalah 70.72%. Kisaran
masa inkubasi adalah antara 50 - 60 hari dengan rerata 52.78.
Pendugaan Jumlah Populasi Penyu
Bertelur
Berdasarkan jumlah
sarang penyu Lekang yang tercatat selama lima tahun (2007 – 2011) diketahui
bahwa secara umum terjadi kenaikan jumlah individu betina yang bertelur di
pantai Jamursba medi dan Warmon (lihat Tabel
2). Rata- rata jumlah indvidu betina
penyu lekang yang bertelur 182.73 - 350.91 ekor tiap tahun. Bila
dibandingkan dengan populasi penyu Lekang bertelur di Mexico dan India (Shanker et al, 2003; Cliffton et al, 1981) tentu jumlah
ini sangat sedikit. Walaupun
demikian tingginya predasi telur dan
daging ini menjadi ancaman serius bagi penyu Lekang, selain produksi tukik dari
pantai JM dan Warmon yang masih rendah.
KESIMPULAN
Ini adalah laporan pertama tentang
status populasi berdasarkan sensus jumlah sarang telur penyu dalam periode lima
tahun di JM dan Warmon. Belum ada
tulisan sebelumnya yang membahas tentang penyu Lekang di pesisir Abun.
Masa puncak bertelur di pantai JM tercatat stabil terjadi antara
Bulan April – Mei setiap tahunnya, sedangkan di pantai Warmon terjadi stabil pada Bulan April. Hal ini menjadi penting dalam upaya
perlindungan yang dilakukan terhadap sarang penyu Lekang supaya lebih fokus
kepada bulan-bulan tersebut.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa
total sarang telur penyu Lekang di JM dan Warmon dalam lima tahun terakhir ini masih terlihat
mengalami peningkatan namun tidak begitu signifikan. Diperkirakan rata- rata jumlah indvidu betina
penyu Lekang yang bertelur 182.73 - 350.91 ekor tiap tahun. Walaupun demikian
ancaman predasi masih cukup tinggi, di JM anjing menjadi predator yang dominan
terhadap sarang penyu Lekang diikuti babi hutan dan biawak. Sedangkan di pantai Warmon anjing dan biawak
menjadi predator utama yang merusak
telur penyu Lekang. Proporsi kehilangan
sarang-sarang telur penyu oleh gerusan
air laut tampak relative kecil di pantai JM dan Warmon.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Walton Foundation yang telah membiayai kegiatan perlindungan penyu di
Abun, masyarakat pemilik ulayat, tenaga pemantauan dan pengendalian predator di
JM dan Warmon, masyarakat Kampung Saubeba, Warmandi dan Kampung Wau-Weyaf,
Pemerintah Kabupaten Tambrauw, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua
Barat, serta semua pihak yang telah
berkontribusi dalam kegiatan monitoring
di Abun
REFERENCE
ADNYANA W. DAN C. HITIPEUW (2009) Panduan
melakukan pemantauan populasi penyu di pantai peneluran di Indonesia. Jakarta:WWF
Marine Program.
CLIFFTON, K. et al. (1981) Sea Turtle of the Pacific Coast of Mexico. In : Proceedings of the
World Conference on sea turtle Conservation, Washington,D.C., 26-30 November
1979. Washington, D.C. : Smithsonian institution Press. pp199 – 209
HITIPEUW, C. AND MATURBONGS, J. (2002) Marine turtle conservation program,
Jamursba-Medi nesting beach, north coast of the Bird’s Head Peninsula, Papua.
In: Kinan, I. (Ed.). Proceedings of the Western Pacific Sea Turtle Cooperative
Research and Management Honolulu, Hawaii :Workshop Western Pacific Regional
Fishery Management Council, pp. 161–175.
SPOTILA, J.R.
(2004) Sea Turtles: a complete guide to their biology, behavior, and
conservation, London : The John Hopkins University Press.
.
SHANKER, K. et al
(2006) A Re-Assesment of the Olive Ridley Turtle (Lepidochelys olivacea)
Nesting Population in Orissa, India. In:
Proceedings of the Twenty-Third Annual Symposium on Sea Turtle Biology and Conservation, 17-21 Maret 2003 Kuala
Lumpur. Miami : NOAA Fisheries Service
Protected Resources Division Sea Turtle Program. pp 95
Tabel 1. Tenaga Dan
Peralatan Pemantauan Sarang Per Segmen
Pantai Di Jamursba Medi Dan Warmon
Waktu Pemantauan
|
Jumlah Tenaga pada setiap
segmen pantai
|
Peralatan yang digunakan
pada pemantauan sarang
|
|||
Wembrak
|
Batu Rumah
|
Warmamedi
|
Warmon
|
||
Pagi
|
2 orang
|
2 orang
|
3 orang
|
3 orang
|
Pencil, buku data (hard cover), parang, tas plastic, sarung tangan
|
Malam
|
2 orang
|
1 orang
|
2 orang
|
2 orang
|
Meteran saku, pencil, buku data (hard cover), parang, tas
plastic senter kepala, Camera digital,
metal tag dan aplicator
|
Grafik 1. Perkembangan jumlah sarang telur
penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
di Pantai Jamursba Medi selama periode 2007 – 2011.
Grafik 2. Sebaran
jumlah sarang telur penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea) di Pantai Jamursba Medi berdasarkan bulan - bulan pengamatan pada
periode Januari 2007 – Desember 2011. Perhatikan bahwa masa puncak peneluran
terjadi pada bulan April atau Mei
Grafik 3. Perbandingan proporsi (%) sarang
telur penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
yang rusak akibat dimakan babi hutan, anjing, biawak, serta akibat tergerus air
laut pada periode 2007 – 2011 di Jamursba Medi. Total sarang per bulan adalah
seperti ditampilkan pada Grafik 2.
Grafik 4. Perkembangan
jumlah sarang telur penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea) di Pantai Warmon selama periode 2007 – 2011.
Grafik 5. Sebaran
jumlah sarang telur penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea) di Pantai Warmon berdasarkan bulan - bulan pengamatan pada
periode Januari 2007 – Desember 2011. Kecuali tahun 2008, masa puncak peneluran
terjadi pada bulan April.
Grafik 6. Perbandingan proporsi (%) sarang
telur penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
yang rusak akibat dimakan babi hutan, anjing, biawak, serta akibat tergerus air
laut pada periode 2007 – 2011 di Warmon. Total sarang per bulan adalah seperti
ditampilkan pada Grafik 5.
Tabel
2 Pendugaan Jumlah Individu betina penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea) yang bertelur tiap tahun berdasarkan jumlah sarang di
Pantai Jamursba medi dan Warmon Tahun 2007 - 2011
Periode
Survey
|
Jumlah
Sarang
|
Estimasi Jumlah Betina
|
Reference
|
||
WWF
|
UNIPA
|
||||
Jan-Dec 2007
|
476
|
325
|
216.37
|
147.73
|
WWF-UNIPA, Unpubl data
|
Jan-Dec 2008
|
402
|
360
|
182.73
|
613.64
|
WWF-UNIPA, Unpubl data
|
Jan-Dec 2009
|
635
|
513
|
288.64
|
233.19
|
WWF-UNIPA, Unpubl data
|
Jan-Dec 2010
|
676
|
581
|
307.28
|
264.1
|
WWF-UNIPA, Unpubl data
|
Jan-Dec 2011
|
772
|
610
|
350.91
|
277.28
|
WWF-UNIPA, Unpubl data
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar