Selasa, 03 September 2013

MITOS BATU RUMAH (JOKJA) DAN PENYU BELIMBING SEBAGAI SAHABAT DI PANTAI JAMUSBA MENDI KABUPATEN TAMBRAUW

Oleh : Johanes Juzack Sundoy, SH

Sejak dahulu kala di belahan dunia banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang merupakan cerita dongeng atau cerita rakyat yang dianggap bernyawa dengan meninggalkan banyak bukti sejarah salah satunya ada di pedalaman Tambrauw yaitu Frabinuh atau Jokja. Cerita rakyat ini sekarang menjadi batu yang berbentuk rumah dan berkedudukan di pantai jamusba medi dengan meninggalkan berbagai kesan yang dianggap terbukti dan abadi hingga sekarang.

Pada mulanya..............................................................
Batu yang menyerupai Rumah ini memiliki Cerita asal usul kesukuan masyarakat pribumi suku Abun pada zaman dahulu kala (zaman primitif), maka sekarang disebut sebagai batu rumah.  Batu ini awalnya bernyawa dan memiliki jiwa seperti manusia sehingga bisa bergerak dari tempat yang ke tempat yang lain dan di anggap sebagai pewaris dari nenek moyang sehingga disebut dengan nama  atau istilah lokalnya dalam bahasa daerah yaitu, (Jokja, bahasa Abun), (Frabinuh, bahasa Karon Gunung).
Batu rumah (Jokja) tinggal bersama kakak kandungnya yang bernama Waisikek di sungai Aswok/Ajer diatas gunung Tokir Kampung Rufmot/Wewetmuk Distrik Miyah Kabupaten Tambrauw Papua Barat.
Suatu ketika terjadi pertengkaran Batu rumah (Jokja) dan kakaknya Waisikek masalah  tali perut tikus tanah. Masalah ini menyebabkan kakaknya Waisirek marah dan mengatakan kepada Jokja (Batu Rumah) bahwa hari ini juga engkau harus pergi dari tempat  ini (Sungai Aswok/Ajer atau Waisirek  mengusir adiknya Jokja (batu rumah), waisirek mengatakan Jokja engkau pergi dari tempat ini pergi ke pantai tinggal bersama perempuan yesa sebab dia akan membuka tikar merah milik di pantai jamusba medi dan engkau tidur di  sana, kamu tidak boleh tinggal dekat gunung Tokir atau gunung Totu tetapi langsung sampai ke pantai, sebab jika kamu tinggal di situ maka saya akan masih melihat kamu. Lebih baik kamu pergi dan jalan terus sampai ke pantai supaya bisa tinggal di atas tikar merah perempauan orang Yessa.
Kemudian batu rumah langsung pergi bersama anak perempuannya keluar dari gunung Tokir kemudian menyeberang kali Soon dan menaiki gunung Totu kemudian turun ke kali Sunggwat dan bertemu dengan gunung Batu Kenari (Jokmon), gunung ini sebagai perbatasan antara kali Sunggwat dan kali Kwoor. Jokja (batu rumah) pergi dengan membawa beberapa bekal yang merupakan perlengkapan seperti buah merah, daun gatal, tongkat, sagu, daun lebar, batu gosok, empat ekor anjing, dan anak panah.
Sepanjang perjalan Jokja istirahat di beberapa tempat dan setiap tempat istirahat meninggakan bekal yang dibawa sebagai tanda. Jokja berjalan sampai di sungai syunggwat  meninggalkan daun gatal,  dan  merelakan anak perempuannya kawin dengan Jokjar (batu  berurat). Kemudian Jokja berjalan mengikuti kali kwoor menuju pantai, dan sampai di pertengahan kali kwoor dekat gunung Tubouw menancapkan tongkat diatas gunung tubouw dan meninggal sagu, setelah itu berjalan mengikuti pinggiran gunung Tubouw dan menemukan sungai Syukjo (kali Wajarik) dan mengikuti pingnggiran sungai kemudian menemukan sungai syunggas dan berjalan menyusuri sampai ke kepala air syunggas dan naik keatas gunung tosem (Gaibo) kemudian  memandang ke pantai disana Jokja melihat suasana lautan yang luas, bersih dan rata, tiba-tiba terdengar anjingnya menggonggong seekor lao-lao, Jokja kembali dan mengejar mengikuti anjingnya sampai ke kepala air sungai Syunggak ternyata kehilangan arah lalu Jokja kembali mengikuti pingiran sungai syunggak namun belum menemukan pantai sehingga kembali lagi mengikuti pinggiran sungai syunggak sampai di pertengahan dan naik mengikuti gunung joko, di sana ia melihat ke pantai ternyata menemukan lautan disitu dia meninggalkan batu gosok, kemudian mengikuti pinggiran sungai syunjouw sampai ke muara syunjouw dan menemukan pantai. Pada saat sampai di pantai ternyata air laut masih air pasang (air penuh) sehingga ia menunggu dan memandang kembali ke gunung tidak lama kemudian  air laut sudat surut (air meti) dan disitulah batu rumah menganggap bahwa tempat inilah yang di maksudkan oleh kakaknya Waisirek  bahwa inilah tikar merah perempuan Yessa yang di janjikan oleh kakaknya Waisikek kemudian batu rumah berjalan ke laut tempat kering dan duduk disitu sesuai janji kakanya waisikek dan menetap hingga sekarang.
Setelah menetap di pantai pada malam hari datang seekor penyu yang mau bertelur dan dilihat oleh batu rumah ternyata mahkluk ini belum pernah di lihat dan bentuknya sungguh mengherankan dan pada saat penyu bertelur batu rumah mengitu proses itu hingga selesai dan penyu itu pergi kemudian batu rumah menjaga telur itu hingga menetas dan penyu kembali kelaut. Datang musim berikikutnya batu rumah melihat penyu itu datang lagi dan batu rumah menjelaskan kepada penyu bahwa engkau adalah dewa laut dan aku akan bersahabat dengan engkau dan semua telur yang engkau tinggalkan di tempat ini akan ku jaga sampai menetas. Dan disinilah jalinan persahabat antara batu rumah dan penyu belimbing sehingga tempat itu menjadi pilihan peneluran penyu yang terjalin hingga saat ini.
Persahabat mitos ini terus terjalin dan akrap sekali, namun suatu ketika penyu itu datang bertelur dan telurnya di makan oleh anjing piaraan batu rumah maka penyu belimbing  marah dan tidak kembali ke pantai Jamusba medi dan pergi bertelur di Warmon akhirnya batu rumah merasa kehilangan sahabat yang dianggap dewa itu, akhirnya batu rumah meminta pertolongan kepada kakaknya dengan menyuruh anjing-anjingnya untuk bertemu kakanya meminta pertolongan, maka kakaknya melakukan pemanggilan yang di lakukan secara adat dengan dansa srar selama satu malam dengan ungkapan nyanyian alam kemudian menyuruh anjing-anjingnya kembali menyampaikan kepada batu rumah untuk memanggil penyu dengan cara menyeka daun kelapa di atas kulit air sambil menyanyi nyayian alam sambil memanggil penyu. Setelah menjelang hari mulai malam tiba-tiba penyu belimbing kembali mendarat kedarat untuk bertelur dan melalui kesempatan itu batu rumah meminta maaf kepada penyu dan berjanji tidak akan menyakiti penyu dengan komitmen bahwa batu rumah akan menjadi panjaga kawasan dan tempat peneluran penyu. Dari peristiwa ini Batu rumah terus menetap di pantai Jamusba medi sebagai penjaga penyu mulai dari peneluran sampai pada penetasannya dan menjaga selama penyu mulai menjadi tukik dan melepaskannya untuk hidup mengarungi lautan. Komitmen ini di kemudian diterima oleh penyu dan mereka bersahabat dan saling melindungi dan batu rumah terus menjadi penjaga penyu untuk kawasan peneluran Jamusba medi hingga sekarang.


Sah! Gubernur Papua Barat Keluarkan PERGUB UPTD TP Jeen Womom

Penantian yang ditunggu Pemerintah Kabupaten Tambrauw terjawab sudah, setelah ditetapkan Menteri  menjadi Taman Pesisir Jeen Womom pada Des...